SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PADA PT.FRISIAN FLAG INDONESI
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini dunia telah dimudahkan oleh
kemajuan teknologi khususnya bidang teknologi komputer dan sistem informasi.
Hal ini memberikan efek tersendiri bagi dunia bisnis. Dengan adanya teknologi
tersebut membuat dunia semakin terasa kecil dan dapat diakses melalui internet.
Hal ini memudahkan setiap bisnis untuk dapat mengembangkan sayapnya secara
global, membuat produk nya mudah dikenal oleh seluruh masyarakat dunia. Hal ini
memberikan manfaat yang sangat besar bagi manusia. Dimana kita dapat
berkomunikasi dan saling bertukar informasi secara eektif dan efisien. Notabene
nya investasi pada TI untuk sebuah perusahaan memang merupakan suatu investasi
yang tidak murah, namun hal ini setimbang dengan manfaat yang hendak akan
diperolehnya. Dengan acuan investasi TI dilakukan dengan tepat dan sesuai
dengan kebutuhan enterprise / perusahaan nya itu sendiri.
Adanya pemain lain dalam industri
yang sama menuntut sebuah organisasi/perusahaan untuk selalu up-to-date dalam
mengantisipasi setiap gerakan pesaingnya dalam hal apapun termasuk penerapan
teknologi informasi dalam operasional bisnisnya. Ini adalah salah satu motif
bagi setiap perusahaan untuk segera menerpakan teknologi informasi dalam perusahaan
nya selain alasan efisiensi, dan penghematan biaya.
Industri susu di Indonesia masih
sangat terbuka lebar bagi setiap perusahaan yang bergerak dalam industri
tersebut, hal ini dikarenakan pasar susu Indonesia masih sangat terbuka lebar,
mngingat Indonesia adalah negara yang memiliki jumlah penduduk trbesar keempat
di dunia dan juga tingkat konsumsi susu di Indonesia yang masih rendah
dibandingkan dengan negara-negara lain. Beberapa pemain di Industri susu di
Indonesia, antara lain PT Ultra Jaya Tbk. dengan merek susu Ultra, PT Frisian
Flag Indonesia dengan merek susu Bendera, PT Sari Husada Tbk. dengan merek susu
SGM, dan PT Japfa Comfeed Tbk. dengan dua merek, yaitu Yahuii dan Greenfields.
PT Nestle Indonesia dengan merek Nestle, dan PT Indomilk dengan merek Indomilk.
PT Frisian Flag Indonesia (FFI) memulai operasinya di Indonesia tahun 1971. FFI
memproduksi dan memasarkan produk susu segala jenis, mulai dari susu bubuk,
susu cair siap minum, hingga susu kental manis sebagai produk andalannya. PT. FFI
merupakan bagian dari Grup Royal Friesland Foods (sebelumnya Friesland Coberco
Dairy Foods) yang berkantor pusat di Belanda.Guna meningkatkan kompetensi serta
menopang kebutuhan bisnisnya yang berkembang, khususnya di PT Frisian Flag
Indonesia (PT.FFI), telah melakukan berbagai pembenahan di bidang TI.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui penerapan SIM pada PT.Frisian Flag Indonesia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perencanaan
Sumberdaya Perusahaan (Enterprise Resource Planning)
Enterprises Resource Planning (ERP)
bertindak sebagai tulang punggung lintas fungsi perusahaan yang
mengintegrasikan dan mengotomatisasi banyak proses internal dan sistem
informasi dalam fungsi produksi, logistik, distribusi, akuntansi, keuangan dan
sumberdaya manusia perusahaan (O’Brien, 2005).
Konsep ERP dikembangkan dengan
latar belakang pemikiran perlunya dilakukan aktivitas pengintegrasian proses
secara lintas fungsi di dalam perusahaan agar dapat lebih resfonsif terhadap
berbagai kebutuhan pelanggan atau “customer”. Aplikasi ERP adalah suatu paket
piranti lunak (software) yang dapat memenuhi kebutuhan suatu perusahaan
dalam mengintegrasikan keseluruhan aktivitasnya. Dari sudut pandang proses
bisnis di dalam perusahaan atau organisasi tersebut. Dilibatkannya aplikasi
atau software dalam konsep ERP adalah semata-mata karena perangkat teknologi
tersebut dapat memberikan nilai tambah berupa : penghapusan proyek-proyek yang
tidak perlu (process elimination), penyederhanaan proses-proses yang
rumit (process simplification), penyatuan proses-proses yang redundan (process
integration), dan pengotomatisasian proses-proses yang manual (process
automation).
Beberapa faktor yang perlu dijadikan
pertimbangan dalam mengimplementasikan suatu aplikasi ERP yaitu :
1.
Fitur
Piranti lunak yang tergolong aplikasi ERP secara umum
dirancang supaya dapat memberikan solusi untuk perusahaan atau industri jenis
apapun (horizontal solution). Namun, pada kenyataannya, setiap industri
itu punya ciri khas tersendiri. Hal ini menyebabkan timbulnya fungsi-fungsi
atau features di aplikasi yang spesifik untuk industri
tertentu (vertical solution). Salah pengertian atau salah memilih
berdasarkan faktor features akan menimbulkan kekacauan dan
bahkan menghambat operasi perusahaan. Sesuai atau tidaknya fitur yang
disediakan dapat di selidiki dari daftar konsumen yang telah memakai aplikasi
ERP tersebut.
2.
Teknologi
Pada pemilihan aplikasi ERP harus dilihat teknologi
yang digunakan dibaliknya. Untuk mengetahui teknologi mana yang digunakan
merupakan suatu tantangan bagi departemenMIS/EDP perusahaan calon
pengguna, yang biasanya lebih ter-update dibanding dengan departemen lainnya.
Faktor teknologi kadang terabaikan, karena perusahaan lebih fokus pada fitur.
3. Sumber daya manusia
3. Sumber daya manusia
Secanggih apapun teknologi aplikasi ERP yang digunakan
tetap saja belum sempurna seperti yang diharapkan manusia. Oleh karena itu,
seberapa sukses pun aplikasi ERP yang dipilih dari luar negeri, di Indonesia
belum tentu dapat berjalan jika tidak didukung oleh lokal support yang kuat.
Pada saat ini di Indonesia telah ada beberapa vendor yang mulai mengembangkan
aplikasi ERP lokal yang mengimplementasikan ”best practise process” yang
berlaku bagi perusahaan-perusahaan Indonesia, serta penyediaan support secara
menyeluruh dari aplikasi ERP local yang telah dikembangkan.Selain vendor,
perusahaan-perusahaan tersebut juga dituntut untuk menyediakan sumber daya
manusia yang terampil dalam melaksanakan proyek implementasi dalam perusahaan.
4.
Infrastruktur
Infrastruktur
dalam hal ini termasuk sistem pendukung untuk penerapan suatu proyekERP. Perusahaan
tersebut harus dapat membedakan infrastuktur yang sekedarnya dengan yang
benar-benar bisa diandalkan. Penerapan suatu aplikasi ERP merupakan suatu
proses yang berkesinambungan. Begitu dimulai sudah tidak mungkin lagi
dihentikan dan tidak ada titik kesempurnaannya. Yang ada hanyalah proses
penyempurnaan yang tak akan berhenti.
Pada umumnya aplikasi ERP yang masuk ke Indonesia
sudah teruji kesuksesannya, namun kesuksesan di negara lain belum tentu dapat
menjadi jaminan bahwa aplikasi ERP tersebut akan dapat digunakan (suitable)
bagi perusahaan di Indonesia karena banyak faktor yang perlu diperhatikan dan
dipikirkan dalam melakukan pemilihan penggunaan aplikasi ERP tersebut.
Sistem ERP dapat menghasilkan manfaat bisnis yang
signifikan bagi perusahaan. Menurut O’Brien (2005) manfaat dari penggunaan ERP
antara lain:
1. Kualitas dan
efisiensi :ERP menciptakan kerangka kerja untuk mengintegrasikan dan
meningkatkan proses bisnis internal perusahaan yang menghasilkan peningkatan
signifikan dalam kualitas serta efisiensi layanan pelanggan, produksi dan
distribusi.
2. Penurunan
biaya :ERP bermanfaat dalam penurunan secara signifikan dalam biaya pemrosesan
transaksi dan hardware, software serta karyawan pendukung IT, jika dibandingkan
dengan sistem yang tidak terintegrasi sebelumnya.
3. Kelincahan
perusahaan :Implementasi sistem ERP dapat meruntuhkan banyak dinding departemen
dan fungsi atau “benteng” berbagai proses bisnis, sistem informasi dan
sumberdaya informasi. Sehingga menghasilkan struktur organisasi, tanggung jawab
manajerial dan peran kerja yang lebih fleksibel. Akibatnya organisasi
perusahaan dan tenaga kerja menjadi lebih lincah dan adaptif.
2.2 Manajemen Hubungan Pelangggan (Customer
Relationship Management/CRM)
Customer relationship management (CRM)
adalah sebuah sebuah sistem yang dapat membantu mereka yang menjalankan bisnis
yang berfokus pada pelanggan. CRM menggunakan teknologi informasi untuk
membuat lintas fungsi dalam perusahaan yang mengintegrasikan dan
mengotomasisasi dalam proses layanan pada pelanggan dalam penjualan, pemasaran,
dan layanan pelanggan yang berinteraksi dengan pelanggan perusahaan. Sistem CRM
juga menciptakan kerangka kerja TI software serta database yang dijalankan
melalui web, yang mengintegrasikan proses-proses ini denga operasi bisnis
perusahaan lainnya, dan mendukung kerjasama antara perusahaan dengan pelanggan
serta mitranya (O’Brien, 2005).
Sistem CRM meliputi sekelompok modul
software yang memberi berbagai alat yang membantu perusahaan dan para
karyawannya memberikan layanan cepat, dapat diandalkan, dan kosisten ke
para pelanggannya. Siebel System, Oracle PeopleSoft, SAP AG, Epiphany adalah
beberapa penjual utama software CRM (O’Brien, 2005)..
Software CRM dapat membantu para
praktisi penjualan, pemasaran dan layak untuk menangkap serta
menelusuri data yang relevan mengenai setiap kontak yang sudah lewat atau
direncanakan dengan para pelanggan atau calon pelanggan. Informasi ditangkap
dari semua titik persinggungan, seperti telepon, faks, email, situs web
perusahaan toko ritel, kios, dan kontak personal. Sistem CRM menyimpan data
tersebut dalam database umum untuk pelanggan yang mengintegrasikan semua
informasi rekening pelanggan serta membuatnya tersedia di seluruh perusahaan
melalui internet, internet atau hubungan jaringan lainnya untuk aplikasi
penjualan, pemasaran, layanan, dan aplikasi CRM lainnya (O’Brien, 2005).
Sistem CRM memberikan para staf
penjualan alat software dan sumber data perusahaan yang mereka butuhkan untuk
mendukung serta mengelola aktifitas penjualan mereka, dan mengoptimalkan
penjualan silang dan peningkatan tawaran penjualan untuk penjualan. Contohnya meliputi
prospek penjualan dan informasi produk, konfigurasi produk, dan kemampuan
pembuatan daftar penjualan. CRM juga memberi mereka data akses real-time ke
satu tampilan umum atas pelanggan, hingga memungkinkan mereka memeriksa semua
aspek dari status rekening pelanggan dan sejarahnya, sebelum menjadwalkan
panggilan telepon untuk penjualan mereka. Contohnya, sistem CRM akan
memperingatkan staf penjualan sebuah bank untuk menelpon nasabah yang melakukan
penyimpanan besar, agar dapat menjual layanan kredit utama atau investasi.
Atau, sistem tersebut akan memperingatkan seorang tenaga penjualan atas layanan
yang belum terpenuhi, masalah pengiriman atau pembayaran, yang dapat diatasi
melalui hubungan personal dengan pelanggan (O’Brien, 2005).
2.3 Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain
Management/SCM)
Manajemen Rantai Pasokan adalah
sistem antar perusahaan lintas fungsi yang menggunakan teknologi informasi
untuk membantu mendukung serta mengelola berbagai hubungan antara beberapa
proses bisnis utama perusahaan dan dengan pemasok, pelanggan, serta para mitra
bisnis. Tujuan dari SCM adalah untuk menciptakan jaringan yang cepat, efisien,
dan berbiaya rendah, atau disebut rantai pasokan, untuk membuat produk
perusahaan beranjak dari konsep menuju pasar (O’Brien, 2005).
Membuat infrastruktur SCM real-time
adalah isu yang menakutkan dan terus-menerus tampak serta sering kali merupakan
sumber kegagalan, untuk beberapa alasan. Alasan utama adalah perencanaan,
pemilihan, dan implementasi solusi SCM menjadi makin rumit ketika gerak
perubahan teknologi makin cepat dan jumlah mitra perusahaan meningkat.
Mengembangkan sistem SCM yang efektif terbukti merupakan aplikasi teknologi
informasi yang rumit dan sulit bagi operasi bisnis. Jadi, mencapai tujuan
pembentukan nilai bisnis dan nilai pelanggan dalam manajemen rantai pasokan,
telah menjadi tantangan besar bagi kebanyakan perusahaan (O’Brien, 2005).
Berikut ini adalah beberapa penyebab masalah dalam manajemen rantai :
-
Kurangnya pengetahuan perencanaan permintaan yang
memadai, alat, dan petunjuk adalah sumber utama kegagalan SCM.
-
Perkiraan yang tidak akurat atau yang terlalu optimis
akan menyebabkan masalah besar dalam produksi persediaan, dan masalah bisnis
lainnya, seberapa pun efisiennya bagian lain dari proses manajemen rantai
pasokan tersebut dibentuk.
-
Data produksi, persediaan, dan data bisnis lainnya
yang tidak akurat dan disediakan oleh sistem informasi perusahaan yang lainnya
sering kali merupakan penyebab masalah SCM.
-
Kurangnya kerjasama yang memadai di antara departemen
pemasaran, produksi, dan manajemen persediaan dalam perusahaan, dan dengan para
pemasok, distributor serta pihak lainnya, akan menggagalkan sistem SCM mana
pun.
-
Bahkan alat software SCM itu sendiri dianggap kurang
matang, tidak lengkap, dan sulit diimplementasikan oleh banyak perusahaan yang
memasang sistem SCM.
2.4 Teknologi Informasi dan Supply Chain
Management
Supply Chain Management adalah
manajemen dalam hubungan organisasi dimana setiap organisasi mempunyai jalur
hubungan dengan lainnya secara upstream maupun downstream dengan proses yang
berbeda untuk menghasilkan nilai dalam bentuk barang atau jasa untuk konsumen.
Menurut Simchi-Levi (2003) Tujuan dari teknologi
informasi dalam SCM adalah :
· Menyediakan
informasi yang berguna dan nyata
· Memungkinkan
untuk kontak data tunggal
· Memberikan
keputusan berdasarkan total informasi supply chain
· Memungkinkan
kerjasama dengan supply chain partner
2.5
Sistem Pemrosesan Transaksi (Transaction Processing Systems)
Transaction processing system adalah
sistem yang menjadi pintu utama dalam pengumpulan dan pengolahan data pada
suatu organisasi. Sistem yang ber-interaksi langsung dengan sumber data
(misalnya pelanggan) adalah sistem pengolahan transaksi, dimana data transaksi
sehari-hari yang mendukung operasional organisasi dilakukan. Tugas utama TPS
adalah mengumpulkan dan mempersiapkan data untuk keperluan sistem informasi
yang lain dalam organisasi, misalnya untuk kebutuhan sistem informasi
manajemen, atau kebutuhan sistem informasi eksekutif (O’Brien, 2005).
Ada empat tugas utama transaction processing
system, yaitu :
1. Pengumpulan
data : setiap organisasi yang ber-interaksi langsung dengan lingkungannya dalam
penyedia jasa dan produk, pasti memerlukan sistem yang mengumpulkan data
transaksi yang bersumber dari lingkungan.
2. Manipulasi
data : data transaksi yang dikumpulkan biasanya diolah lebih dahulu sebelum
disajikan sebagai informasi untuk keperluan bagian-bagian dalam organisasi atau
menjadi bahan masukan sistem informasi yang lebih tinggi.
3. Penyimpanan
data : data transaksi harus di simpan dan dipelihara sehingga selalu siap
memenuhi kebutuhan para pengguna.
4. Penyiapan
dokumen : beberapa dokumen laporan harus disiapkan untuk memenuhi keperluan
unit-unit kerja dalam organisasi.
2.6 Sistem Kerjasama Perusahaan/Enterprise Collaboration system (ECS)
ECS adalah sistem informasi lintas
fungsi yang meningkatkan komunikasi, koordinasi, dam kerja sama antar anggota
tim bisnis dan kelompok kerja. Teknologi informasi, terutama teknologi Internet,
memberikan berbagai alat untuk membantu kita bekerja sama, untuk
mengomunikasikan berbagai ide, berbagai sumber daya, dan mengoordinasikan usaha
kegiatan kerja sama kita sebagai anggota dari proses formal dan informal, tim
proyek, dan kelompok kerja yang membentuk organisasi saat ini (O’Brien,2005).
Jadi, tujuan utama dari sistem kerja sama perusahaan adalah untuk memungkinkan
kita bekerja secara lebih mudah dan efektif dengan membantu untuk :
- Berkomunikasi : Berbagai informasi satu sama
lain.
- Berkoordinasi : Mengoordinasikan usaha kegiatan
individual kita dan menggunakan berbagai sumber daya bersama yang lainnya.
- Bekerja sama : Bekerja sama secara kooperatif
dalam proyek dan penugasa bersama.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum Perusahaan
PT Frisian Flag Indonesia (FFI) merupakan perusahaan
yang bergerak di bidang pengolahan susu di Indonesia yang berada di bawah
lisensi Royal Friesland Campina, Belanda. Dengan perjalanan sejarah lebih dari
88 tahun di Indonesia, PT Frisian Flag Indonesia adalah pemimpin pasar di
industri susu Indonesia yang berkomitmen untuk memproduksi produk susu
berkualitas terbaik dan bernutrisi tinggi dan memberikan pelayanan terbaik bagi
konsumen dan mitra usahanya. Semua ini dimulai di tahun 1922 dengan merk susu
”Friesche Vlag” atau yang lebih dikenal sebagai Susu Bendera diimpor dari
Cooperative Condensfabriek Friesland di Belanda, yang kemudian berubah nama
menjadi Royal Friesland Foods.
Salah satu pengembangan Royal Friesland Foods adalah
didirikannya PT Friesche Vlag Indonesia pada tahun 1969. Perusahaan ini berdiri
dengan status penanaman modal asing dari Belanda dan memulai kegiatan usahanya
dengan memasarkan produk-produk susu yang diimpor dari sana. Setelah sekian
tahun mengimpor susu, pada tahun 1972 PT FVI memulai produksi lokalnya dengan
produk komersial pertama berupa susu kental manis (SKM).
PT Frisian Flag Indonesia menjalin kerja sama sinergi
internasional dengan Royal Friesland Coberco Dairy Foods yang sekarang dikenal
dengan nama Friesland Foods. Saham perusahaan ini dimiliki oleh PT Mantrust
sebagai pihak nasional dan Friesland Foods dari Leeuwarden, Belanda. Untuk
lebih meningkatkan kapasitas produksinya maka pada tahun 1976 perusahaan ini
mengambil alih PT Foremost Indonesia yang juga merupakan produsen susu kental
manis. Dalam perkembangannya, perusahaan ini mulai memproduksi susu bubuk pada
tahun 1979, dan di bidang susu cair pada tahun 1991. PT FVI kemudian berubah
nama menjadi PT Frisian Flag Indonesia (FFI) pada tahun 2002. Pada tahun 2008,
perusahaan ini melakukan merger dengan perusahaan Campina dan membentuk
organisasi kooperatif dengan nama Royal Friesland Campina.
PT FFI merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang
mendapatkan sertifikat ISO 9001/9002 dan disempurnakan dengan ISO 14001. Proses
produksi susu di PT FFI menggunakan teknologi mutakhir dan praktek sterilisasi
terbaik dari awal hingga akhir untuk menghindari kontaminasi dalam proses
produksinya sehingga menerima GMP Award (Good Manufacturing Practices).
Perusahaan ini juga memperoleh OHSAS (Occupational Health & Safety
Advisory Services) serta menerapkan HACCP (Hazard Analysis Critical
Control Point) untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan memiliki mutu
dan kemasan yang terjamin.PT. Frisian Flag Indonesia memiliki 2 pabrik di Pasar
Rebo (berdiri tahun 1969) dan Ciracas (berdiri tahun 1973) dan memiliki 1500
karyawan yang tersebar pada cabang-cabang di seluruh Indonesia.
Visi
Untuk menjadi merk pemimpin dalam bidang nutrisi
berbahan dasar susu
dengan produk-produk dan format produk yang terjangkau
untuk pelanggan
diseluruh di Indonesia.
Misi
1. Menjadi no 1
dalam pasar susu secara keseluruhan.
2. Menstimulasi
konsumsi produk susu secara aktif dan mencapai pertumbuhan yang lebih cepat
dibidang-bidang penting pada pasar produk susu dibandingkan dengan para
competitor di bidang tersebut.
3. Memperkuat
posisi” merek yang disukai” dipikirkan oleh pelanggan susu diseluruh Indonesia.
4. Mempunyai
karyawan yang berkompetisi dan berdedikasi di semua tingkat dan memiliki
succession planning untuk memastikan agar perusahaan dapat terus berkembang.
3.2 Analisa Divisi Information and Communication
Tecnology (ICT)
Sebagai faktor kesuksesan bagi perkembangan perusahaan
dengan menyediakan infrastruktur dalam divisi yang stabil, aman, dan dapat
diandalkan, divisi ICT menyediakan tenaga pembantu teknis dan fungsional yang
handal guna membantu pengguna untuk masuk, menyimpan secara sentral dan
mengakses data secara efisien. Hal ini sangat penting karena divisi ICT PT.
Frisian Flag Indonesia yang berada di Pasar Rebo mengatur seluruh plant yang
tersebar di seluruh Indonesia. Semua ini diupayakan untuk mempermudah
komunikasi dari jaringan sentral ICT di Pasar Rebo dengan plant Ciracas dan
dengan cabang-cabang yang tersebar di seluruh Indonesia.
3.3 SAP (System Application Product)
SAP adalah suatu software yang dikembangkan untuk
mendukung perusahaan ini dalam menjalankan kegiatan operasionalnya secara lebih
efisien dan efektif. SAP merupakan software Enterprise Resource Planning (ERP),
yaitu suatu perangkat IT dan manajemen untuk membantu perusahaan merencanakan
dan melakukan berbagai aktifitas sehari-hari. SAP ini terdiri dari beberapa
modul aplikasi yang mempunyai kemampuan mendukung semua transaksi yang perlu
dilakukan suatu perusahaan dan tiap aplikasi bekerja secara berkaitan sartu
dengan yang lainnya. Semua modul dalam aplikasi SAP dapat bekerja secara
terintegrasi satu sama lain. Sistem SAP ini dikembangkan dengan tujuan untuk
mengintegrasikan rangkaian proses bisnis yang dijalankan PT.Frisian Flag
Indonesia. Sistem ini menjalankan satu database yang memungkinkan banyak
departemen untuk berbagi informasi dan berkomunikasi satu sama lain.
3.4 Perencanaan Sumber Daya Perusahaan
(Enterprise Resource Planning)
Selama ini PT. Frisian Flag Indonesia
megimplementasikan Prism sebagai sistem back office yang
dipakai untuk penjadwalan produksi ataupun purchasing order. Akan tetapi PT.FFI
tidak mengimplementasikan modul Material Resources Planning (MRP), sehingga
monitoring pengadaan barang harus dicek langsung oleh user ke sistem, setelah
itu user dari bagian pengadaan memutuskan kapan pengadaan bahan mentahnya harus
dilakukan.
Sementara itu, untuk keperluan logistik hingga
transportasi ditambahkan submodul tersendiri ke dalam Prism. Untuk
memperoleh pelaporan, semua data harus dipindahkan ke aplikasi keuangan yang
dipakai FFI. Untuk menggabungkan pelaporan dan sejumlah simulasi yang dianggap
penting seperti manajemen akuntansi harus dikonversi ke format spreedsheet. Sementara
sistem yang ada cenderung untuk melakukan pencatatan, ketimbang proses
pengolahan yang lebih kompleks. Akibat belum terintegrasinya sistem secara
otomatis tersebut, beragam persoalan pun muncul. Mulai dari pengadaan,
produksi, hingga pengiriman dan penjualan produk. Sharing informasi
tidak berjalan mulus dan perencanaan kolaborasi pun terhambat, padahal masalah
kecepatan dan ketepatan data dalam informasi yang hendak disajikan merupakan
sesuatu yang sangat penting. Tanpa sistem yang terintegrasi dan otomatis, tidak
mungkin dapat disajikan informasi yang sangat cepat, begitu pula penyusunan
laporan dan simulasi prediksi untuk jangka waktu tertentu tidak mudah
dillakukan untuk mengatasi hal tersebut, perusahaan yang terkenal dengan merek
susu bendera ini berinisiatif untuk mengaplikasikan electronic-Supply Chain
Management (e-SCM) yang berjalan paralel dengan ERP. Tahap awal
penerapan e-SCM di FFI dipararelkan dengan penerapan ERP, tujuannya untuk
mendapatkan beberapa keuntungan pada saat yang bersamaan. Secara logika e-SCM
membutuhkan dukungan ERP, baik dalam hal akurasi data maupun proses bisnis yang
teruji.
Pembenahan dan moderenisasi sistemm di FFI mulai
dilakukan pada tahun 2003. Ini sejalan dengan penggabungan (merger)
ketiga unit usaha yakni FFI, Foremost Indonesia, dan Tesori Mulia. Kesempatan
itu tidak hanya digunakan untuk mengonsolidasikan aplikasi bisnis yang
digunakan tetapi juga infrastrukturnya, mulai dari sever, jaringan, fasilitas
e-mail dan infrastruktur TI lainnya. Tim TI juga membentuk unit help-desk untuk
melayani user dengan menggunakan aplikasi yang dibangun sendiri, dan untuk
mengenalkan kolaborasi diantara user diadakan perlombaan desain internet antar
departemen dalam FFI. Selain itu, dilakukan pula pengembangan dan penerapan
sistem secondary sales berbasis web untuk sekitar 150
distributor yang tersebar di seluruh Indonesia. Terutama pada cabang-cabang
yang menggunakan fasilitasMulti Protocol Label Switching (MPLS).
Dan redundansi tidak hanya dilakukan pada Local Area Network (LAN),
tetapi uga antara cabang dan kantor pusat.
Dengan begitu jika ada gangguan pada salah satu
koneksi, secara otomatis perangkat switch over akan bekerja.
Karena perusahaan ini menggunakan dua network yang berbeda, supaya tidak ada
interupsi akibat terputusnya koneksi. Fasilitas remote acces diberikan
FFI kepada kalangan mobile user. Sementara itu untuk meningkatkan
keamanan jaringan, selain menggunakan virtual Private Network (VPN),
juga diterapkan token card seperti yang lazim di gunakan
pelaku transaksi e-banking.
Selanjutnya pada tahun 2005 FFI mulai
mengimplementasikan sebuah sistem ERP baru (yakni SAP) untuk menggantikn Prism.
Tahap awal impelementasi dilakukan pada fungsi SDM dengan modul struktur
organisasi, personalia, time management dan payroll. Kemudian
secara regional diterapkan secara bersama-sama modul penjualan, distribusi,
produksi, finansial, dan lainnya. Persiapan yang matang, komitmen manajemen,
dan partisipasi aktif karyawan membuat implementasi sistem ini berjalan dengan
lancar. Memang ada beberapa fungsi seperti Secondary Sales dan Plant
Maintenance yang masih dilakukan dengan tidak menggunakan ERP ini.
Aplikasi –aplikasi tersebut tentunya perlu didukung infrastruktur yang memadai.
Antara lain :firewall, switch, wireless dan network
device lainnya dengan menggunakan Cisco, serta server dan workstation yang
andal. Bahkan untuk mendukung kelangsungan bisnis nya di bangun pula
sistem disaster recovry. Aplikasi ini mempunyai sarana pendukung
supaya aplikasi kritikal tetap berjalan jika terjadi ancaman yang berbentuk
bencana di kantor pusat. Sebelum menerapkan ERP, perusahaan telah melakukan
persiapan dengan melengkapi master data pemasok, pelanggan, hingga material.
Begitupula dengan data pendukung, seperti lead time, safety
stock,order point, delivery window tie, dan
informasi lainnya.
Penerapan sistem ERP baru tersebut memang melibatkan
banyak pihak, baik internal perusahaan seperti departemen logistik, penjualan,
keuangan dan TI. Maupun mitra usaha seperti logistik, provider, perusahaan
transportasi, distributor, key account, dan pihak lainnya. Untuk pertukaran
data secara elektronis antara sistem FFI dan para logistic provider
dipakai aplikasi middleware(EAI). Alur proses dari FFI ke logistik
provider ini meliputi : pengiriman produk jadi (finished goods) dari pabrik
ke main distribtor center ( MDC), lalu dari MDC ke gudang
cabang, dan seterusnya hingga ada bukti penerimaan barang dari pelanggan. Pada
tahap ini pula diterapkan sistem bar code pada barang jadi
dengan demikian setiap bagian produksi menghasilkan barang jadi, secara
otomatis dihasilkan pula label bar code yang ditempelkan di setiap valet barang
jadi. Hal ini mengurangi proses entry data, sehingga
mempercepat proses dan meningkatkan akurasi, terutama saat mengirimkan barang
dari pabrik ke MDC.
3.5 Tujuan dan Manfaat ERP
Tujuan penggunaan ERP bagi PT.FFI adalah : (1). Untuk
mengantisipasi pertumbuhan perusahaan yang terus berkembang; (2) menyajikan
data yang konsisten dan akurat sehingga meningkatkan visibilitas bisnis dan
kemudahan dalam pengambiln keputusan; (3) mengintegrasikan informasi diantara
kantor dalam jaringan PT.FFI; (4) mempermudah dalam fungsi produksi, akuntansi,
serta penjualan perusahaan. Sedangkan manfaat yang diperoleh yaitu efisiensi,
penghematan biaya dan hubungan mitra yang kuat, transaksi sudah bisa dilakukan
secara online dan real time, dan perusahaan dapat terhubung dengan 150
distributor melalui web.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
PT.Frisian Flag Indonesia dalam menjalankan
operasional dan fungsional bisnisnya telah menerapkan suatu sistem TI guna
mengintegrasikan keseluruhan proses bisnisnya guna mengefektifkan dan
mengefisiensikan operasionalnya. Pada awalnya FFI mengimplementasikan Prism
sebagai sistem back office nya. Akan tetapi belum mengimplementasikan modul MRP(material
resources planning).
· Pada tahun 2003 FFI telah melakukan
pembenahan sistem. Tim TI membentuk unit help-desk.
· Pada tahun
2005 FFI mengimplementasikan sistem ERP baru yaitu menggunakan SAP untuk
menggantikan Prism.
· Adapun kegiatan kerjasama FFI dengan
mitra bisnis nya (terutama kalangan account seperti hypermarket dan
supermarket), FFI menerapkan sistem collaborative Planning, Forecsting and
Replenishment (CPFR). Tentu saja, proses integrasinya dilakukan bertahap untuk
masing-masing mitra usaha. Di tahap awal di fokuskan pada key account besar,
seperti carrefour dan Giant.
Komentar
Posting Komentar